SOLUTIF

Yoga Dimas Ariyansyah, Putra Daerah Tuban yang Harumkan Nama Provinsi Lewat Seni

Potret Yoga Dimas Ariyansyah

Tuban– Di balik gemerlap dunia seni tari, terdapat sosok inspiratif bernama Yoga Dimas Ariyansyah, atau yang lebih akrab disapa Yoga. Pemuda berusia 21 tahun asal Desa Sumurgung, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban ini telah membuktikan bahwa semangat dan kecintaan terhadap seni tari mampu mengalahkan stigma dan keterbatasan yang ada di masyarakat.

Perjalanan Yoga dalam dunia tari tidak selalu mulus. Ia berasal dari keluarga yang tidak memiliki latar belakang tari. Bahkan orang tuanya pun dulu kurang mendukungnya di dunia tari dan menganggap tari hanyalah untuk wanita saja. Meski sejak kecil sudah mencintai tari, ia sempat vakum karena tekanan lingkungan tersebut, yang menganggap bahwa tari tidak cocok untuk laki-laki.

“Karena pendapat orang kan beda-beda ya sebenernya. Karena aku dulu mikirnya juga gitu kalo tari tuh identik sama cewek. Dan di lingkunganku juga gitu kayak kamu ngapain sih nari, buat apa, kamu itu cowok. Jadi, kayak aku sebisa mungkin membatasi kalau dulu ya. Kalau sekarang mah ya udah gitu. Karena menurut aku kita punya peran yang sama untuk jadi pelestari tari dan basic aku ada di sini. Buktinya aku bisa sampai di tingkat nasional,” ujarnya.

Meski sempat vakum saat masa SMP, namun pada tahun 2023, ia bangkit kembali dan mengikuti ajang Duta Tari Kabupaten Tuban. Dari 20 peserta terbaik yang terpilih, Yoga berhasil melaju ke tingkat provinsi dalam ajang Putra Putri Tari dan berhasil meraih juara pertama.

Prestasinya tak berhenti di situ. Yoga kemudian mewakili Provinsi Jawa Timur di tingkat nasional dan berhasil meraih posisi runner-up (juara 2) Putra Tari Indonesia 2024. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa tekad dan dedikasi mampu mengatasi stereotip yang kerap membatasi kreativitas.

“Tantangan terberat selama ini adalah soal biaya. Dari rumah di Montong ke tempat latihan di Semanding itu cukup jauh dan butuh ongkos. Persiapan karantina juga memerlukan banyak biaya,” ungkapnya.

Momen paling berkesan bagi Yoga adalah ketika pelatihnya memeluk dan menganggapnya sebagai adik sendiri. “Dalam waktu singkat, beliau sudah menganggap aku sebagai adiknya, bahkan keluarganya juga udah anggap aku anaknya sendiri. Itu hal yang tidak pernah aku bayangkan,” kenangnya.

Untuk target kedepannya, Yoga berharap dapat membuka tempat les tari dan memperbaiki pendidikannya, karena saat ini ia belum kuliah. Ia juga ingin menginspirasi generasi muda, terutama laki-laki di Tuban, untuk tidak ragu menekuni seni tari.

“Harapan aku semoga teman-teman di Tuban bisa melanjutkan perjuanganku melestarikan seni tari, karena di Tuban sendiri seperti yang kita ketahui, belum banyak cowok yang mau nari,” tutupnya.

 

Reporter: Sheilatul Uftavia / Anjar Sli Julianzani / S. Fadhilah N. I.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top