
SOLUTIF, (Tuban) – Di tengah persaingan pasar modern yang semakin ketat, seorang penjual sayuran keliling bernama Ibu Karyati (52) masih tetap bertahan dengan menjual dagangannya menggunakan sepeda motor setiap pagi sejak tahun 2015 di wilayah Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Ia memilih berjualan dengan cara ini karena lebih fleksibel, bisa menjangkau pelanggan langsung ke rumah-rumah, dan menghindari biaya sewa lapak yang semakin mahal. 28 Juni 2025
Ibu Karyati memulai aktivitasnya setiap pukul 05.00 pagi. Ia membeli berbagai jenis sayuran seperti bayam, kangkung, wortel, tomat, buncis, hingga cabai dari pasar induk tradisional. Bukan hanya sayuran-sayuran saja melainkan terdapat Makanan seperti nasi pecel, nasi uduk, nasi kuning dan buah-buahan yang siap untuk dijual seperti jeruk, salak, semangka, melon, lalu menyusunnya dengan rapi di atas rak kayu yang dimodifikasi di bagian belakang motornya. Dalam sehari, ia mampu menjual 80–90 persen dari total barang dagangan. Mayoritas pembelinya adalah ibu rumah tangga yang tidak sempat pergi ke pasar karena kesibukan rumah tangga atau bekerja dari rumah.
Dalam wawancara singkat, Ibu Karyati mengungkapkan bahwa keuntungan bersih yang ia dapatkan per hari berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 200.000. Meski jumlah ini tidak besar, ia merasa bersyukur karena dapat memenuhi kebutuhan keluarga tanpa harus bergantung pada pekerjaan formal yang sulit didapat di usia senjanya.
“Yang penting halal dan bisa bantu nyekolahin anak, apalagi saya ini tulang punggung keluarga sendiri karena suami sudah meninggal saat covid 19.” ujarnya Ibu Karyati.
Fenomena penjual sayuran keliling seperti Ibu Karyati mencerminkan dinamika ekonomi mikro yang masih hidup di tengah arus modernisasi. Sementara minimarket dan supermarket terus tumbuh, sebagian masyarakat justru merasa lebih nyaman berbelanja langsung dari pedagang keliling karena lebih segar, praktis, dan bisa tawar-menawar harga. Selain itu, hubungan emosional antara penjual dan pembeli yang akrab menjadi nilai tambah yang tidak dimiliki pasar modern.
Namun, tantangan tetap ada. Harga BBM yang fluktuatif, cuaca yang tidak menentu, hingga persaingan dengan pedagang keliling lainnya membuat pendapatan tidak selalu stabil. Untuk itu, beberapa komunitas penjual sayuran keliling kini mulai bergabung dalam kelompok koperasi agar bisa saling menopang, berbagi informasi harga, dan menstabilkan pasokan barang.
Ibu Karyati bukan hanya cerita tentang jual beli sayuran, tetapi juga potret ketekunan dan keberanian bertahan dalam kerasnya realitas ekonomi. Di tengah modernisasi yang tak terbendung, kehadiran para penjual keliling menjadi simbol bahwa kearifan lokal dan semangat kerja keras tetap hidup di jalanan.
Reporter: Zumrotun Muayyadah Zesika / M. Sandy Prakoso / Siti Fadhilah Nur Ilma