
TUBAN (13/03/2025) – Pemerintah Cina mengumumkan langkah balasan berupa tarif tambahan terhadap impor produk pertanian dari Amerika Serikat. Kebijakan ini merupakan respons atas keputusan Presiden Donald Trump sehari sebelumnya yang menaikkan tarif impor barang dari Cina dari 10% menjadi 20% di bawah Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional.
Langkah balasan Cina mencakup pemberlakuan tarif tambahan sebesar 15% untuk produk seperti ayam, gandum, jagung, dan kapas, serta tarif 10% untuk produk seperti kedelai, daging babi, daging sapi, hasil laut, buah-buahan, sayuran, dan produk susu. Tarif ini mulai efektif pada 10 Maret 2025. Selain itu, Cina juga melarang 15 entitas AS untuk mengimpor barang-barang dengan penggunaan ganda dari Cina.
Pemerintah Cina menegaskan bahwa kebijakan ini tidak hanya bertujuan sebagai pembalasan tetapi juga untuk melindungi kepentingan ekonominya. Kementerian Perdagangan Cina menyatakan bahwa langkah tersebut akan dimasukkan ke dalam gugatan yang sedang diajukan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait tarif sebelumnya yang dikenakan oleh AS.
”Cina berharap Amerika Serikat akan secara obyektif dan rasional memandang dan menangani masalah-masalahnya sendiri seperti fentanil, daripada mengancam negara-negara lain dengan tarif disetiap kesempatan,” kata Wang Wentao, Menteri perdagangan Cina.
Dampak dari kebijakan ini diperkirakan akan signifikan bagi sektor pertanian Amerika Serikat. Produk seperti kedelai dan daging babi, yang menjadi andalan ekspor ke Cina, akan menghadapi tekanan besar. Para analis menyebut bahwa langkah ini menunjukkan ketegasan Cina dalam menghadapi tekanan ekonomi tanpa memperburuk eskalasi perang dagang.
Dengan langkah-langkah ini, hubungan perdagangan antara kedua negara semakin memanas. Meski demikian, pengamat menilai bahwa baik AS maupun Cina tampaknya tidak terburu-buru untuk mencapai kesepakatan damai dalam waktu dekat. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan ekonomi antara dua kekuatan besar dunia ini masih jauh dari kata usai.
Reporter: Rio yoga virnanda / M Sandy Prakoso