SOLUTIF

Freelance Warga Indonesia Menjalani Rutinitas

Potret freelance warga Indonesia

19 Januari 2025 – Sebanyak 70% Gen Z lebih suka bekerja sebagai freelance daripada kerja kantoran. Begitu simpulan hasil survei tentang preferensi kerja generasi z atau Gen Z di Amerika Serikat (2023). Persepsi tentang dunia kerja di mata Gen Z, kaum muda berusia 16-26 tahun atau pada rentang kelahiran tahun 1997 hingga 2012 jelas sudah berubah. Di Indonesia sendiri, berdasarkan Sensus Penduduk 2020, Gen Z menempati porsi komposisi penduduk sebesar 28% dari total populasi 270 juta jiwa. Sementara generasi milenial mencapai 26% dan Post Gen Z mencapai 11%. Itu berarti, 65% komposisi penduduk Indonesia didominasi oleh generasi milenial, Gen Z, dan Post Gen Z. Maka dunia kerja kaum muda di Indonesia cenderung bergeser ke arah freelance dari pada kerja kantoran.

Sayangnya hari ini, hampir semua penduduk di Indonesia bahkan Asia masih dihadapkan problematika yang sama, yiatu khawatir soal masa pensiun. Takut kehabisan tabungan untuk menyokong hidup mereka di masa pensiun sebagai akibat dari kurang persiapan masa pensiun. Survei berjudul Diverse Asia 2024 dari Manulife Investment Management menyebut kekhawatiran banyak orang di masa pensiun terungkap akibat adanya beban menanggung hidup orang tuanya, sekaligus menyokong hidup anak-anaknya sendiri. Terjebak jerat sandwich generation yang tidak berujung, bagi kalangan Gen Z bila bekerja secara freelance namun harus menanggung beban ekonomi orang tua pasti menjadi masalah.

“Realitas komposisi penduduk sudah berubah, Indonesia saja didominasi 65% kaum milenial, Gen Z, dan Post Gen Z. Tapi sayangnya, kesadaran akan pentingnya menabung untuk hari tua atau masa pensiun relatif belum berubah dan inilah tantangan besar dana pensiun di Indonesia, edukasi dan kemudahan akses masih jadi masalah” ujar Syarifudin Yunus. Asesor berlisensi BNSP di LSP Dana Pensiun. Selain candu internet, tipikal karakter Gen Z cara berpikirnya cerdas, cara bekerjanya lebih cepat lantaran didukung oleh teknologi namun “kurang betah” bekerja lama-lama, apalagi gampang terbuai oleh gaya hidup yang komsumtif dan hobi nongkrong di warung kopi, maka Gen Z dihantui kondisi “dompet tipis”, tidak punya persiapan dana yang cukup untuk masa depan dikarena gaya hidupnya, dan faktanya dalam hal keuangan. Gen Z di Indonesia lebih suka menghabiskan uang untuk mendapatkan pengalaman tertentu dibandingkan menabung atau menambah aset, apalagi harus berpikir soal masa pensiun.

Survei Syarifudin Yunus tentang persepsi soal pensiun di kalangan Gen Z (Desember 2024) diperoleh data 86% Gen Z tidak punya persiapan masa pensiun atau hari tua, bahkan 61% dari Gen Z tidak tahu tentang dana pensiun. Kondisi ini tentu makin memperjelas soal kekhawatiran Gen Z dan penduduk Indonesia akan masa pensiun yang tidak pasti, bahkan berpotensi mengalami masalah keuangan di hari tua. Ke depan, Gen Z di Indonesia sangat berpotensi menjadi “beban ekonomi” baru di hari tuanya. (Ahmad Al Amin/Fuad)

Reporter : Ahmad Al Amin

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top