
SOLUTIF, Tuban – Harga cabai rawit merah di sejumlah pasar tradisional melonjak tajam hingga menyentuh Rp80.000 per kilogram. Kenaikan drastis ini memicu keluhan dari berbagai kalangan, mulai dari ibu rumah tangga, pedagang makanan, hingga pelaku usaha kecil menengah. Pantauan di beberapa pasar menunjukkan bahwa dalam sepekan terakhir, harga cabai rawit merah naik sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000. Sebelumnya, harga masih berada di kisaran Rp65.000–70.000 per kilogram. Kini, para pedagang menjual cabai rawit merah seharga Rp80.000 karena harga dari distributor juga melonjak. (24/06/2025)
“Harga dari pengepul memang sudah tinggi. Kalau saya jual di bawah itu, saya rugi. Tapi pembeli sekarang mulai ngeluh juga,” kata Ummi (45), salah satu pedagang cabai di pasar tradisional, Blimbing.
Selain cabai rawit merah, jenis cabai lainnya juga menunjukkan tren kenaikan harga. Cabai merah keriting kini dijual dengan harga Rp50.000/kg, sedangkan cabai merah besar mencapai Rp47.000/kg. Beberapa jenis bahkan diprediksi akan terus naik jika kondisi cuaca tidak membaik dalam waktu dekat. Kenaikan harga ini tidak hanya terjadi di satu lokasi saja, tetapi juga dirasakan di berbagai daerah lain yang bergantung pada pasokan cabai dari wilayah sentra produksi.
Menurut para pedagang, kenaikan harga cabai disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, faktor cuaca buruk yang mengganggu proses panen di daerah penghasil seperti Kediri, Blitar, dan Banyuwangi. Kedua, serangan hama tanaman cabai, terutama patek, menyebabkan banyak hasil panen gagal. Ketiga, biaya logistik dan distribusi juga meningkat akibat naiknya harga BBM dan transportasi.
Selain itu, permintaan dari konsumen juga tetap tinggi, terutama dari sektor kuliner, restoran, hingga industri rumahan yang bergantung pada bahan cabai sebagai bumbu utama.
Dampaknya terasa langsung bagi masyarakat. Banyak ibu rumah tangga mengaku terpaksa mengurangi konsumsi cabai atau mencari alternatif seperti cabai bubuk dan cabai kering. Yuni (34), seorang ibu rumah tangga, mengatakan biasanya membeli satu kilogram cabai rawit untuk keperluan seminggu, tapi sekarang hanya mampu membeli setengah kilogram.
“Sambal sekarang harus dihemat, kadang saya campur tomat biar tetap pedas tapi nggak boros,” ujar Yuni.
Pelaku usaha makanan seperti warung pecel lele dan penyetan pun mulai menyesuaikan harga menu atau mengurangi jumlah sambal yang disajikan. Beberapa bahkan mempertimbangkan menaikkan harga porsi untuk menutup biaya bahan baku yang melonjak.
Sementara itu, pihak pemerintah melalui dinas terkait menyatakan tengah memantau situasi. Mereka berencana menggelar operasi pasar murah jika harga terus meroket. Pemerintah juga mendorong kerja sama antarwilayah untuk menjamin kelancaran pasokan cabai dari daerah surplus ke wilayah yang mengalami kekurangan.
Kenaikan harga cabai ini menjadi perhatian serius karena berpotensi mendorong inflasi pangan. Jika tidak segera ditangani, lonjakan ini bisa berdampak pada daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi skala rumah tangga.
Reporter: Nofiana / M. Sandy Prakoso / Siti Fadhilah Nur Ilma