SOLUTIF

Pemuda Asal Pongpongan Raup Untung Besar dari Jualan Pentol Korea, Inovasi Cita Rasa Lokal Bertemu Tren Global

Foto Riski dengan dagangan pentol Korea-nya

Tuban, 17/06/2025 – Seorang pemuda asal Desa Pongpongan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, sukses menarik perhatian masyarakat berkat inovasi kulinernya yang unik yaitu pentol Korea. Dengan memadukan camilan khas Jawa Timur, yaitu pentol (bakso kecil), dengan diberi sentuhan saus ala Korea seperti gochujang dan kimchi, ia mampu meraup keuntungan yang signifikan. Pemuda bernama Riski (26) ini memulai usaha pentol Korea-nya sejak awal tahun 2020 setelah melihat tren makanan Korea yang terus digemari kalangan muda.

Dengan modal awal hanya Rp 2 juta, Riski mulai meracik sendiri saus Korea yang disesuaikan dengan lidah lokal, dan menjual pentolnya tersebut di depan rumahnya dengan menggunakan gerobak sederhana.

Keberhasilan Riski ini tidak lepas dari kemampuannya dalam membaca selera pasar dan beradaptasi dengan cepat. Ia terus melakukan eksperimen rasa, seperti menambahkan varian saus keju pedas dan topping rumput laut kering untuk memperkaya cita rasa pentol Korea-nya. Tak jarang, ia juga melibatkan pelanggan setia dalam proses uji coba untuk menu baru agar produk pentol Korea-nya tetap relevan dan diminati oleh banyak orang. Pendekatan ini membuat pelanggannya merasa dihargai dan semakin loyal.

“Awalnya cuma coba-coba iseng jualan pakai resep dari YouTube dan bahan seadanya. Eh, ternyata banyak yang suka,” ujar Riski saat ditemui di tempat usahanya, Senin (17/6).

Kini, Riski bisa menjual lebih dari 200 porsi pentol Korea per harinya, terutama saat sore hingga malam. Harga per porsi hanya dibandrol mulai dari Rp 5.000,- hingga Rp 12.000,- tergantung dengan topping dan tingkat kepedasan. Dalam sebulan, omzet yang diraih Riski bisa mencapai Rp5 juta sampai Rp10 juta, dengan keuntungan bersih sekitar 40%.

Tak hanya menjual secara offline, Riski juga memanfaatkan media sosial seperti TikTok dan Instagram untuk mempromosikan produk pentol Korea-nya. Video pendek tentang pembuatan pentol Korea ala Riski sempat viral dan meningkatkan jumlah pelanggan, terutama dari kalangan remaja.

Berkat konsistensinya dalam menjaga kualitas rasa dan pelayanan, Riski kini mulai mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk pelaku usaha kuliner dan dinas terkait yang tertarik mengembangkan potensi UMKM lokal. Bahkan, beberapa pengusaha makanan dari luar daerah sudah menghubungi Riski untuk menjajaki peluang kerjasama dan waralaba. Ia pun mulai mengikuti pelatihan kewirausahaan dan manajemen bisnis agar mampu mengelola usahanya secara lebih profesional dan berkelanjutan.

Melihat permintaan yang terus meningkat, Riski berencana untuk membuka cabang kecil di daerah kota Lamongan dan menggandeng para reseller untuk memperluas pasarnya.

“Saya ingin buktiin kalau anak desa juga bisa sukses tanpa harus merantau jauh-jauh. Yang penting kreatif dan mengerti tren pasar,” tambahnya.

Kisah Riski ini membuktikan bahwa peluang usaha bisa datang dari mana saja, termasuk dari desa kecil seperti Desa Pongpongan, asalkan dikerjakan dengan inovasi dan semangat pantang menyerah. Keberhasilan Riski juga menjadi inspirasi bagi pemuda-pemuda desa lainnya untuk mulai melihat potensi di sekitar mereka dan berani mencoba hal baru. Dengan menggabungkan kearifan lokal dan tren global, Riski menunjukkan bahwa kreativitas dan adaptasi bisa menjadi kunci sukses dalam menghadapi tantangan ekonomi di era modern.

 

Reporter: Moh. Nur Afan Zaini/ Erlina Alfira Qurrotu Aini/ Sheilatul Uftavia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top