
SOLUTIF, Lamongan-(28/06/2025) — Weliga Marwah Hanna’, lahir di Lamongan pada 25 Juli 2003, adalah seorang mahasiswa inspiratif yang saat ini menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kehutanan INSTIPER Yogyakarta. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Weliga berasal dari Sendangharjo, Lamongan, dan telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam bidang akademik, organisasi, serta kegiatan lingkungan.
Perjalanan Weliga dalam dunia organisasi di kampus terbilang cemerlang. Selama dua tahun berturut-turut, ia aktif dalam kepengurusan KMSL-MIC (Kelompok Mahasiswa Studi Lingkungan Mangrove INSTIPER Club). Pada tahun 2023, ia menjabat sebagai Bendahara, dan pada tahun 2024, kepercayaan diberikan kepadanya untuk menjadi Ketua Umum. Organisasi ini berfokus pada pemeliharaan dan pelestarian mangrove, mulai dari pembudidayaan, pemberdayaan, hingga pengolahan hasil tanaman pantai.
Pengalaman berorganisasi ini, diakuinya, adalah pencapaian terbesar yang sangat membentuk dirinya. “Di situ saya belajar bagaimana berorganisasi, mengatur schedule, dan mengelola anggota dengan karakteristik yang berbeda-beda,” jelas Weliga.
Lebih dari itu, organisasi ini juga menumbuhkan kesadaran dan kecintaannya pada alam. Ia mulai mengenal bagaimana seharusnya kita hidup dengan alam dan belajar mencintai alam.
Kecintaan Weliga pada lingkungan tidak berhenti di kampus. Ia aktif terlibat dalam berbagai kegiatan non-akademik di luar kampus. Sebagai sukarelawan di Earth Hour Jogja, ia berpartisipasi dalam penanaman pohon dan pelepasan tukik, serta kegiatan lain yang bertujuan melestarikan alam. Weliga juga menjadi volunteer di beberapa event pembersihan lingkungan di Alun-alun kidul Yogyakarta, salah satunya bersama TrashHero.
Meski mempunyai jadwal padat sebagai mahasiswa dan aktivis, Weliga juga sempat mencoba dunia kerja. Ia pernah bekerja sebagai karyawan di bidang pemasaran properti selama beberapa bulan, kemudian menjadi petugas layanan depan (front office) di sebuah foodcourt di Jogja, dan kini bekerja sebagai barista. Pengalaman ini memberinya pelajaran berharga tentang adaptasi dan perbedaan generasi di tempat kerja. Weliga mengakui sempat memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya, karena tekanan dan perbedaan generasi yang mempengaruhi kinerjanya. Baginya, prioritas utama saat ini adalah akademiknya.
“Kalau saya mau ambil karier, saya harus tahu waktu buat akademi dulu,” tegasnya. Ia menyarankan, jika masih fokus akademik, sebaiknya pusatkan perhatian di sana, dan baru mencari pekerjaan sampingan atau volunteer jika ada kelonggaran waktu.
Sosok yang paling berpengaruh dalam hidup Weliga adalah ibunya. Sang ibu mengajarkan pentingnya belajar dari setiap posisi dan memanfaatkan peluang. “Di mana pun, kita harus bisa belajar. Lalu, kita juga harus memanfaatkan peluang,” ujar ibu Weliga.
Beliau juga menanamkan pemahaman tentang risiko. “Kalau menginginkan sesuatu, jangan cari enaknya, tapi tentukan risiko mana yang sanggup kamu terima,” tambahnya.
Weliga juga menghadapi tantangan dalam organisasi, seperti anggota yang kurang suportif. Namun, ia belajar untuk memutar otak mencari solusi agar semua tertarik dan berkontribusi.
Pesan inspiratif dari Weliga Marwah Hanna’ adalah “Jangan pernah merasa gagal saja sih, terus berusaha saja. Pokoknya kalau kamu mau ambil langkah ke depan, jangan selalu pengin bagusnya, kamu harus ambil risikonya yang mana, kamu pilih itu risikonya yang mana, baru kamu nanti bakal dapat yang kamu mau di awal,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya beradaptasi di lingkungan masyarakat yang beragam generasi. Kisah Weliga adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus belajar, beradaptasi, dan berjuang demi tujuan yang lebih besar.
Reporter: Siti Maulidha/ Silva Ayu Triani/ Sheilatul Uftavia