SOLUTIF

Tomat Mahal, Petani Montong Sekar Malah Gigit Jari: Ladang Digasak Maling!

Kebun tomat milik Pak Suroto

SOLUTIF – Harga tomat yang sedang naik daun seharusnya menjadi kabar bahagia bagi para petani. Tapi hal itu justru berubah jadi duka bagi Pak Suroto, seorang petani di Desa Montong Sekar, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Belum sempat menikmati hasil panen, ladang tomatnya malah dibobol maling. (04/07/2025)

“Kemarin sore saya masih lihat tomat-tomat itu segar menggantung, tinggal nunggu dua hari lagi dipetik. Pagi ini pas ke ladang, lha kok sebagian sudah hilang. Habis. Tinggal batangnya,” cerita Pak Suroto dengan nada kesal, kamis  (3/7/2025).

Menurut pengakuannya, sekitar 3 petak lahan tomat miliknya yang siap panen raib dalam semalam. Estimasi kerugiannya ditaksir mencapai lebih dari dua juta rupiah. Padahal tomat saat ini sedang bagus-bagusnya di pasaran, dengan harga mencapai Rp20.000 hingga Rp25.000 per kilogram—naik hampir dua kali lipat dari harga bulan lalu.

“Biasanya harga tomat paling banter Rp10.000, sekarang bisa Rp12.000. Tapi malah kena maling, ya percuma,” tambahnya sambil mengelus dada.

Tak hanya Pak Suroto yang mengalami nasib nahas ini. Beberapa petani lain di Dusun Sawahgoro juga mengaku kehilangan tomat di ladang mereka. Modusnya sama, dicuri malam hari saat ladang sepi dan penjagaan minim.

“Kalau malam, kita kan nggak mungkin jaga terus. Apalagi ladangnya jauh dari rumah, lampu juga minim. Ya maling gampang masuk,” ujar Mbah Wiro, petani lain yang juga jadi korban.

Kejadian ini membuat warga dan petani mulai resah. Selain menghilangkan harapan untuk untung dari panen raya, peristiwa ini juga memunculkan kekhawatiran tentang keamanan hasil pertanian di desa. Sebagai langkah pencegahan, para petani kini mulai berinisiatif membuat jadwal ronda malam khusus untuk menjaga lahan. Ada pula yang memasang lampu sorot dan alarm sederhana di sekitar kebun.

“Kita nggak bisa terus-terusan pasrah. Harus ada tindakan. Kalau dibiarkan, besok-besok bukan cuma tomat yang hilang, tapi mungkin juga cabai, terong, atau timun,” kata salah satu warga.

Sementara itu, pihak desa berencana berkoordinasi dengan Babinsa dan Linmas untuk memperketat pengawasan dan patroli malam. Harapannya, kejadian serupa tidak terulang dan petani bisa kembali tenang mengurus tanaman mereka.

Kenaikan harga hasil pertanian seharusnya jadi berkah, bukan malah membawa malapetaka. Semoga ke depan, para petani bisa panen dengan damai, dan para pencuri sadar bahwa hasil pertanian itu adalah buah dari keringat, bukan tinggal petik seenaknya.

Para petani berharap agar kejadian ini tidak dianggap sepele. Mereka ingin ada perhatian lebih dari pemerintah desa maupun aparat keamanan untuk menjamin keamanan hasil panen. Bagi mereka, mencuri hasil tani sama saja mencuri harapan dan sumber nafkah utama keluarga. Jika kejadian ini terus berulang tanpa ada tindakan nyata, bukan tidak mungkin banyak petani akan memilih berhenti menanam karena merasa tidak aman dan tidak dihargai.

Lebih dari sekadar kehilangan materi, peristiwa ini juga meninggalkan luka batin. Petani seperti Pak Suroto dan Mbah Wiro merasa perjuangan mereka selama berbulan-bulan menjadi sia-sia. Mereka berharap suatu saat nanti hasil pertanian bisa dijaga layaknya aset berharga, karena sejatinya, pangan yang kita konsumsi setiap hari adalah buah dari kerja keras petani-petani desa yang sering kali luput dari sorotan.

 

Reporter: Rhofi Dzar Tsania F / M. Sandy Prakoso / Siti Fadhilah Nur Ilma

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top