SOLUTIF

Sejarah dan Transformasi Jembatan Kembar Sedayu Lawas di Pesisir Lamongan

Gambar jembatan Sedayu Lawas, Kabupaten Lamongan

Lamongan, 31 Mei 2025 – Jembatan Kembar Sedayu Lawas, yang terletak di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, merupakan salah satu fasilitas penting yang tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antar wilayah, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang mendalam bagi masyarakat setempat. Nama “Sedayu” sendiri memiliki akar sejarah yang dalam. Pada masa Mataram, wilayah Kecamatan Brondong dan Paciran barat berada di bawah Kadipaten Tuban, sementara Paciran timur termasuk dalam Kadipaten Sedayu Gresik. Untuk membedakan keduanya, masyarakat setempat menyebut Sedayu di Lamongan sebagai “Sedayu Lawas”.

Pada masa lalu, wilayah ini dikenal dengan pelabuhan Sedayu yang dipimpin oleh Syahbandar bernama Ki Gedhe Buyut, yang juga dikenal sebagai Mbah Buyut Sentono. Setelah beliau wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh adiknya, Ki Lanang Dangiran, yang dikenal dengan nama Joko Brondong. Mereka berdua merupakan leluhur orang Brondong-Sedayu, dan nama “Brondong” sendiri dalam bahasa Jawa berarti biji jagung matang. Sebelum dilakukan pembangunan, jembatan yang ada di Desa Sedayu Lawas terbuat dari sesek kayu dan bambu yang hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Kondisi ini tentu saja membatasi pergerakan masyarakat dan menghambat aktivitas ekonomi serta sosial di wilayah tersebut.

Pada tahun 2015, melalui bakti Tentara Nasional Indonesia (TNI), pembangunan jembatan baru dimulai. Dalam kegiatan tersebut, Komandan Pangkalan Utama Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) V (Danlantamal V) Brigjen TNI (Mar) Rudy Andi Hamzah meresmikan penggunaan Jembatan dan Tandon Air yang merupakan hasil dari pelaksanaan bakti TNI di Desa Sedayu Lawas, Kecamatan Brondong. Pembangunan jembatan baru ini menggantikan jembatan lama yang kondisinya sudah tidak layak.

“Dengan ukuran 12 meter x 3,5 meter, jembatan baru ini dibangun dengan konstruksi besi dan beton yang kuat, sehingga dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan dan memperlancar arus transportasi di wilayah tersebut” ungkap Rohman, warga sekitar.

“Akses transportasi yang lebih baik mempermudah mobilitas warga, baik untuk keperluan sehari-hari maupun untuk kegiatan ekonomi” ungkap Rohman.

Selain itu, pembangunan tandon air yang juga merupakan bagian dari bakti TNI, menyediakan pasokan air bersih bagi sekitar 150 Kepala Keluarga di Dusun Wedung, yang sebelumnya hanya mengandalkan sumber air yang kualitasnya kurang terjamin.

Kini, Jembatan Kembar Sedayu Lawas tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tetapi juga menjadi ikon desa yang mencerminkan semangat gotong royong dan kerjasama antara masyarakat dan TNI. Keberadaan jembatan ini juga menjadi simbol dari transformasi positif yang terjadi di Desa Sedayu Lawas, dari yang awalnya terisolasi menjadi lebih terhubung dan berkembang. Dengan adanya jembatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan menjadi contoh bagi daerah lain dalam hal pembangunan infrastruktur yang melibatkan partisipasi aktif dari semua pihak. Jembatan Kembar Sedayu Lawas kini berdiri kokoh sebagai saksi bisu perjalanan sejarah dan transformasi Desa Sedayu Lawas, dari masa lalu yang penuh tantangan menuju masa depan yang lebih cerah dan maju.

Reporter : Rina Mei Zul Afifah/Khoirul Fatimah/M. Sandy Prakoso

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top