
TUBAN-Cendoro merupakan nama yang diambil dari kata “DORO” (dara). Doro dalam bahasa Jawa, dara mempunyai arti perawan yang hampir menikah atau wanita yang sudah memasuki usia untuk menikah tetapi belum menikah.
Watu ngadek sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai batu berdiri. Hal ini dikarenakan posisi batu tersebut yang berdiri. Lokasi batu ini berada di selatan Balai Desa Cendoro Kecamatan Palang. Pada awal berdirinya, patung “WATU NGADEK” banyak disembah oleh warga desa Cendoro dan sekitarnya.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti alasan awal mula warga setempat menyembah batu tersebut. Mereka biasanya mendatangi tempat ini dengan membawa sesaji untuk diberikan sebagai sesembahan kepada batu tersebut.
Namun, saat ini kepercayaan tersebut sudah mulai luntur dan hilang. Tidak ada lagi kepercayaan terhadap kekuatan besar batu tersebut. Jika masih ada, itu hanya sebagian kaum tua dan tidak lagi begitu menampakan kepercayaanya pada batu tersebut.
Meskipun kepercayaan masyarakat terhadap batu tersebut sudah mulai luntur dan hilang, namun batu tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh. Hal ini disebabkan oleh kegagalan warga setempat saat mencoba untuk merobohkan batu tersebut.
Dahulu kala, ketika dirasa kepercayaan warga setempat atas batu ini sudah mulai hilang, pernah satu kali warga setempat mencoba untuk merobohkan batu tersebut. Namun percobaan untuk merobohkan batu tersebut gagal. Entah kekuatan apa yang ada dibalik batu itu dan dipercaya menjadi pelindung watu ngadek ini.
Setelah kejadian itu, pemerintah desa dan warga setempat tidak lagi berupaya untuk merobohkan batu tersebut dan memutuskan untuk merawatnya. Namun warga merawat batu tersebut bukan lagi sebagai sesembahan dan hanya dijadikan sebagai “CAGAR BUDAYA”. Letaknya pun sampai sekarang masih sama, yaitu di sebelah selatan Balai Desa Cendoro Kecamatan Palang.
Reporter : Zumrotun Muayyadah Zesika / Sheilatul Uftavia