
SOLUTIF, Tuban-(01/07/2025) — Pagelaran kesenian tayub yang digelar (30/07/2025) di Desa Tegalagung, Jawa Timur, bukan sekadar pertunjukan tahunan yang dinanti masyarakat. Lebih dari itu, tayub merupakan ekspresi syukur atas limpahan hasil bumi, bentuk penghormatan terhadap leluhur, serta perwujudan kearifan budaya yang masih bertahan. Setiap tahun, pertunjukan ini digelar menjelang musim panen dan biasanya berlokasi di dekat makam desa yang telah disiapkan secara khusus. Tayub dipilih karena mengandung nilai-nilai tradisional yang sarat makna. Seni ini memadukan hiburan, spiritualitas, dan identitas budaya.
Rangkaian acara dimulai dengan prosesi ritual yang dipimpin oleh tokoh adat. Masyarakat berkumpul untuk berdoa dan memanjatkan rasa syukur atas rezeki yang diterima. Seusai ritual, pertunjukan tayub pun berlangsung. Para penari tampil dengan busana tradisional yang anggun. Gerakan mereka penuh ekspresi dan menghadirkan nuansa yang menyentuh batin. Salah satu daya tarik utama tayub adalah interaksinya. Penari kerap mengajak penonton untuk ikut menari, menciptakan suasana hangat dan akrab. Ini bukan sekadar pertunjukan tari, melainkan ruang perjumpaan dan kebersamaan.
Namun kenyataan hari ini menunjukkan bahwa tradisi seperti tayub menghadapi tantangan. Arus globalisasi dan pengaruh budaya populer yang seragam sering kali membuat warisan lokal terpinggirkan. Tayub berhadapan dengan risiko dilupakan, apalagi jika generasi muda tak lagi menaruh minat untuk mempelajarinya. Padahal, tayub bisa menjadi ruang pertemuan antara nilai-nilai tradisional dan dunia modern, bila kita mampu menjaganya secara terbuka dan kreatif.
Di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi, melestarikan seni dan budaya lokal menjadi semakin penting. Kesenian tayub, dengan segala keunikannya, menjadi salah satu cara untuk menjaga identitas budaya masyarakat. Dengan semangat yang kuat untuk melestarikan tradisi, pagelaran kesenian tayub dalam rangka sedekah bumi di Desa Tegalagung menjadi contoh nyata betapa pentingnya peran seni dalam kehidupan masyarakat. Acara ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan kepada alam dan tradisi yang telah ada sejak lama. Melalui tayub, kita diajak untuk tidak melupakan akar budaya sendiri. Di balik setiap gerakan tari dan denting gamelan, tersimpan filosofi tentang keharmonisan manusia dengan alam dan sesama.
Melestarikan tayub bukan hanya tugas seniman atau tokoh adat. Ini adalah tanggung jawab bersama. Harapannya, semakin banyak warga yang terlibat dan semakin banyak generasi muda yang bangga mempelajari serta meneruskan tradisi ini. Tayub tidak hanya harus dikenang, tetapi juga dihidupi. Semoga ke depannya, lebih banyak masyarakat yang terlibat dan lebih banyak generasi muda yang tertarik untuk melestarikan kesenian ini, sehingga tayub dapat terus hidup dan berkembang dalam masyarakat kita.
Dengan demikian, pagelaran kesenian tayub dalam rangka sedekah bumi bukan hanya sekadar acara tahunan, tetapi merupakan sebuah perjalanan panjang yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan. Melalui kesenian, kita bisa belajar untuk lebih menghargai budaya kita sendiri, memperkuat rasa persatuan, dan menciptakan generasi yang lebih mencintai warisan budaya mereka. Mari kita dukung dan lestarikan kesenian tayub dengan sepenuh hati sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.
Reporter : Khoirul Fatimah/ Silva Ayu Triani/ Sheilatul Uftavia