SOLUTIF

Menikmati Trekking Santai di Mt. Lorokan, Surga Tersembunyi dengan Panorama Alam Memukau

Pemandangan di puncak Gunung Lorokan

Tuban, (20/05/2025) – Di antara banyaknya puncak di Jawa Timur, Lorokan merupakan salah satu gunung yang menawarkan jalur pendakian yang mudah dan ringan. Gunung Lorokan berada di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, sekitar 30 KM jauhnya dari pusat Kota Mojokerto, Jawa Timur. Untuk mencapai basecamp pendakian Gunung Lorokan, dapat ditempuh dengan berkendara sekitar 90 menit dari Kota Malang dan sekitar 40 menit dari Kota Mojokerto. Gunung ini memiliki ketinggian 1.100 MDPL. Pendakian ke gunung ini terbilang ringan dan cocok untuk pendaki pemula. Bahkan puncak Gunung Lorokan dapat ditempuh dengan berjalan santai selama satu jam.

Sesampainya di pos perizinan yang terletak di Jalan Raya Cangar, pendaki bisa membayar tiket masuk sebesar Rp15.000 per orang. Biaya tersebut sudah termasuk akses masuk ke Air Terjun Sumber Waringin. Sementara itu, untuk biaya parkirnya sebesar Rp5.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil.

Namun, untuk naik ke puncak Gunung Lorokan, pendaki harus mendapatkan izin di basecamp terlebih dahulu. Yang dapat dilakukan dengan mengisi buku tamu yang telah disediakan pihak pengelola. Petugas basecamp akan memberikan edukasi mengenai peraturan pendakian, yaitu peraturan untuk membawa sampah kembali ke basecamp, pendaki diminta bersikap sopan dan berhati-hati dalam berbicara, serta menjaga suasana sepanjang perjalanan tetap kondusif dan tenang. Selama perjalanan menuju ke puncak, pendaki akan disuguhi dengan pemandangan yang indah di sepanjang perjalanan. Karena itulah, Gunung Lorokan cocok untuk dijadikan sebagai tempat trekking ataupun camping ceria.

Setelah dari basecamp, para pendaki tinggal mengikuti petunjuk yang ada di sepanjang jalur setapak dengan hamparan kebun di sampingnya. Setelah itu, juga akan dijumpai sumber mata air Kedung Waringin. Dari situ, akan melewati tanjakan demi tanjakan yang siap menguras tenaga. Para pendaki juga akan melewati bukit-bukit dengan pemandangan gunung-gunung, seperti Anjasmoro, Penanggungan, dan Arjuno-Welirang, maupun permukiman di daerah Pacet. Nantinya di ujung punggungan bukit ini pendaki akan tiba di tempat berdirinya bendera Merah Putih maupun papan bertuliskan ‘Mt. Lorokan 1.100 mdpl’, yang berarti pendaki sudah berhasil mencapai puncaknya.

Untuk Pos pendakian di Gunung Lorokan sendiri berjumlah 4 yaitu Pos Basecamp, Pos 1, Pos 2, dan Puncak. Untuk mencapai Pos 1 sendiri ada 2 jalur yang bisa dipilih, yakni lewat Pondok Mbah Jan atau lewat jalur Air Terjun, yang mana selama pendakian, para pendaki akan dipertemukan dengan sejumlah tanjakan. Nama-nama tanjakan sepanjang perjalanan menuju puncak Gunung Lorokan pun terbilang cukup unik, mulai Tanjakan Manja, Tanjakan Bugingan, Tanjakan Botok Bolu, dan Tanjakan Raisa.

Sementara itu, untuk mencapai puncak, terdapat pula 2 jalur yang dapat dilewati, yakni melewati kebun dan air terjun. Namun, saat musim hujan, ada baiknya untuk menghindari jalur air terjun karena licin dan rawan longsor. Selain itu, lebih baik jika mendaki ke puncak terlebih dahulu, kemudian saat pulang baru mampir di air terjun untuk bermain air.

Untuk Pendaki yang suka berkemah, bisa mendirikan tenda di Pos 1. Di sana juga terdapat kafe, toilet, dan banyak gazebo sebagai tempat beristirahat. Selain itu, juga tersedia tempat penyewaan bagi pendaki yang tidak membawa tenda dan perlengkapan lainnya. Selama berkemah, Pendaki akan disuguhkan oleh pemandangan yang indah dan hutan yang masih asri. Udara yang sejuk akan menenangkan pikiran pendaki selama pendakian.

Perlu diketahui, meski Gunung Lorokan destinasi yang sempurna bagi pendaki pemula yang baru terjun ke dunia pendakian. Tetap ada hal yang harus diperhatikan adalah persiapan yang matang dengan perlengkapan memadai seperti sleeping bag, jaket untuk naik gunung, sepatu gunung maupun trekking pole untuk membantu selama perjalanan mendaki.

Jangan hanya mengikuti trend mendaki saja, sejatinya setiap gunung memiliki kesulitannya tersendiri. Persiapan mental hingga logistik merupakan hal yang sangat penting, apalagi sebelum mendaki sebaiknya latihan fisik dulu seperti lari maupun kardio agar tubuh tidak kaget.

 

Reporter: Nur Abbel Elyza Putri / Sheilatul Uftavia / Siti Fadhilah Nur Ilma

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top