SOLUTIF

Inovasi Telur Asin Kukus Rumahan Karya Dosen Ini Sukses Jadi Favorit Banyak Orang

Telur Asin Kukus Tuban, inovasi kuliner khas Tuban dengan rasa gurih dan tampilan menggoda

Tuban, (27/05/2025) – Yuyun Suprapti, seorang dosen aktif di Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, sukses mengembangkan usaha telur asin kukus sejak tahun 2020. Usaha telur asin rumahan ini berada di Perumahan Karang Indah, Bukit Karang, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Usaha ini dirintis di tengah pandemi COVID-19 yang memaksa para dosen bekerja dari rumah (WFH). Dengan memanfaatkan waktu luang, Yuyun berinisiatif menciptakan produk kuliner yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Usaha telur asin kukus ini dirintis dengan semangat untuk memberdayakan sumber daya lokal dan memberikan alternatif makanan yang praktis namun bergizi. Karena keunikan rasanya tersebut membuat produk ini cepat dikenal dan diminati masyarakat, baik dari Tuban maupun luar daerah.

Usaha tersebut bermula dari hasil survei kecil-kecilan yang ia lakukan saat pandemi. Tantangan utama datang dari proses produksi, mengingat rumahnya berada di kota, bukan di wilayah peternakan. Yuyun kemudian bekerja sama dengan empat peternak bebek, memberi tantangan untuk meningkatkan kandungan protein pakan bebek agar kualitas telur meningkat.

“Saya tantang peternaknya untuk mencoba memberi pakan yang mengandung tinggi protein, seperti kepala udang dan keong-keongan. Hasilnya, kuning telur menjadi merah dan rasanya lebih gurih, karena tinggi protein,” ujar Yuyun.

Tidak hanya dari segi bahan, proses pengolahan telur asin kukus juga penuh tantangan. Beliau belajar secara otodidak melalui YouTube, melakukan berbagai percobaan untuk mendapatkan rasa dan tekstur terbaik. Beberapa percobaan awal menghasilkan telur yang terlalu asin, terlalu lembek, atau cepat busuk. Setelah melalui berbagai uji coba, Yuyun akhirnya menemukan formula ideal dan mendaftarkannya ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

“Saya punya formula khusus agar rasanya tetap gurih tanpa bau amis, serta rasa asinnya balance antara kuning dan putih telur, jadi rasanya bisa pas,” jelasnya.

Selain itu, daya tahan telur asin kukus ini juga cukup lama, yakni bisa bertahan hingga 10 hari di suhu ruang tanpa kulkas, menjadikannya cocok sebagai oleh-oleh atau stok makanan harian. Sebagai akademisi, Yuyun juga memastikan kualitas produknya melalui uji laboratorium di Dinas Kesehatan, serta memperoleh sertifikasi halal sebelum dipasarkan. Beliau memposisikan produknya untuk pasar menengah ke atas, dengan kemasan eksklusif dan pemasaran melalui media sosial.

“Kalau ada yang bilang mahal, berarti memang bukan target pasar saya. Saya percaya pasar saya adalah mereka yang menghargai kualitas,” ungkapnya tegas.

Dalam hal pemasaran, Yuyun memanfaatkan kekuatan media sosial untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Akun Instagram @telorasinkukustuban menjadi etalase digital utama produknya. Produk ini juga dapat dengan mudah ditemukan di mesin pencari Google cukup dengan mengetik kata kunci “telur asin kukus tuban”, namanya sering muncul diperingkat atas karena banyaknya ulasan positif dari pelanggan.

Saat ini, usaha telur asin kukus Yuyun mampu memproduksi sekitar 500 butir setiap dua hari, dibantu dua karyawan dan didistribusikan melalui tujuh hingga sepuluh reseller. Sistem penjualannya pun unik yakni langsung bayar di tempat, tanpa sistem penitipan di toko. Produk dikemas rapi dalam kotak karton atau mika, dengan harga jual Rp4.000 per butir.

Dengan latar belakang akademik yang kuat, Yuyun juga aktif menulis artikel ilmiah seputar telur asin dan telah dipublikasikan di berbagai jurnal, salah satunya di Google Scholar. Usaha yang Beliau jalani bukan hanya untuk keuntungan ekonomi, tetapi juga sebagai bentuk implementasi dari pengetahuan yang Beliau miliki sebagai dosen. Saat ini, Beliau tengah menempuh studi S3 di Universitas Brawijaya dengan konsentrasi sosial ekonomi perikanan, sambil tetap mengelola usahanya secara aktif.

Reporter: Silva Ayu Triani/Zumrotun Muayyadah Zesika/M. Sandy Prakoso

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top