
Jum’at (30/05/25)-Harga emas dunia mengalami penurunan signifikan pada pekan ini, dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Tekanan ini mendorong investor beralih ke aset yang memberikan imbal hasil, dan menjauh dari emas yang selama ini dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Dilansir dari Reuters, pada pukul 10.13 WIB, harga emas spot tercatat turun 0,5% menjadi US$ 3.300,59 per troi ons. Sepanjang pekan ini, harga emas batangan tercatat melemah sebesar 1,7%. Sementara itu, emas berjangka AS juga turun 0,5% ke level US$ 3.298,30 per ons.
Indeks dolar AS naik sebesar 0,2%, membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri. Menurut Direktur Pelaksana GoldSilver Central Brian Lan, saat ini harga emas tengah mengalami konsolidasi.
“Apa yang kami lihat saat ini adalah kondisi pasar yang normal, hanya saja kisarannya sedikit lebih lebar karena adanya kepercayaan terhadap kekuatan dolar AS,” ujar Lan dikutip dari Reuters
Penguatan dolar AS menjadi faktor utama yang membebani harga emas. Indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap enam mata uang utama dunia tercatat naik ke level tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Dolar yang lebih kuat membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor luar negeri, sehingga permintaan global terhadap emas cenderung menurun.
Di dalam negeri, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada hari ini naik Rp26.000 menjadi Rp1,900 juta per gram dari sebelumnya Rp1,874 juta per gram. Sebelumnya, harga tertinggi emas Antam tercatat pada Selasa (22/4/25) yang sempat menyentuh level Rp2,039 juta per gram.
Sementara itu, pengadilan banding federal untuk sementara memberlakukan kembali tarif paling luas yang diberlakukan Presiden Donald Trump pada hari Kamis, menyusul putusan pengadilan perdagangan AS pada hari Rabu bahwa Trump telah melampaui kewenangannya dengan mengenakan bea ini dan kemudian memerintahkan penghentian segera.
Pembicaraan perdagangan AS dengan Tiongkok “agak macet” dan mencapai kesepakatan hingga garis akhir kemungkinan akan membutuhkan keterlibatan langsung Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada hari Kamis.
Pelaku pasar kini mengalihkan fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis awal pekan depan, serta pidato lanjutan dari sejumlah pejabat The Fed. Data dan pernyataan ini sangat dinantikan karena dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter selanjutnya.
Di tengah ketidakpastian tersebut, investor disarankan untuk tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama di pasar logam mulia yang sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga dan nilai tukar mata uang utama dunia.
Reporter: Muhammad Aldi Saputra / Sheilatul Uftavia / Siti Fadhilah Nur Ilma