
Tuban – Asal usul penamaan Kota Tuban masih menjadi perdebatan banyak orang. Ada banyak versi yang mengemukakan penamaan kota ini. Salah satunya adalah legenda Watu Tiban. Sigit nugroho mengungkap asal usul penamaan Kota Tuban melalui legenda tersebut. Pasalnya, Watu Tiban ditemukan di halaman belakang Museum Kambang Putih yang berada di Jl. Kartini no. 3 Tuban.
Tuban terletak di Pantai Utara Jawa dan terdiri dari 20 Kecamatan, mempunyai letak yang strategis yakni di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah dengan dilintasi oleh Jalan Nasional Daendels yang berada di Jalur Pantai Utara. Daerah Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari hulu di sekitar Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri hingga titik akhirnya bermuara di tepi Laut Jawa yang berada di wilayah Gresik. Tuban juga memiliki banyak julukan, salah satunya adalah Tuban Bumi Wali. Hal ini dikarenakan wilayah Tuban banyak disemayamkan aulia yang dianggap wali Allah.
Watu Tiban merupakan batu berukuran besar yang konon adalah bagian dari candi dan digunakan untuk pemujaan umat beragama hindu. Candi sendiri mempunyai 2 jenis yakni lingga dan yoni, Lingga merupakan lambang dari Dewa Siwa/Alat kelamin Laki-laki, sedangkan Yoni merupakan lambang dari Dewi Parwati/Alat kelamin Perempuan.
“Perbedaan yoni dan lingga ada pada bagian atas, kalau lingga berbentuk tinggi tegak sedangkan yoni memiliki lubang diatasnya. Nah lubang pada yoni itu merupakan tempat untuk menanamkan lingga.” Ungkap Sigit Nugroho-Arkeolog Museum Kambang Putih
Watu tiban ini berasal dari kata Watu yang bearati Batu, dan Tiban yang berarti Jatuh. Masyarakat Tuban menganggap bahwa batu ini merupakan batu yang jatuh dari langit, karena dipercayai bahwa disekitar Tuban tidak ada candi. Penemuan watu tiban ini juga belum diketahui pasti, pasalnya tidak ada yang tahu kapan jatuhnya watu tiban ini.
“Sebelum Museum Kambang Putih ini ada, watu tiban sudah ada lebih dulu, jadi kami tidak tahu pasti tanggal ditemukannya watu tiban.” Tambah Sigit.
Namun, menurut legenda, Watu Tiban merupakan batu yang dibawa oleh burung bangau dari kerajaan Majapahit ke Demak. Ketika perjalanan, batu tersebut jatuh tepat di Kota Tuban, maka istilah Tuban diambil dari suku terakhirnya waTu tiBan.
Sebagian besar masyarakat Tuban masih percaya dengan hal-hal mistis, banyak dari mereka yang berbondong-bondong datang ke lokasi untuk meminta hajat dan sekedar nyekar. Watu tiban yang ditemukan di Museum Kambang Putih ini berjumlah 2, “Dulu banyak yang sesudah dari Makam Sunan Bonang datang ke museum ini untuk meminta hajat sekaligus nyekar, namun karena perbuatan tersebut menyimpang, maka kami putuskan untuk menutup jalur menuju watu tiban dan memberikan pengertian kepada mereka terkait sejarah singkat watu tiban,” pungkas Sigit.
Sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya, legenda Watu Tiban tidak hanya mengungkapkan asal usul nama Tuban, tetapi juga menyimpan makna yang dalam tentang nilai-nilai kehidupan, kepercayaan, dan kedekatan masyarakat dengan alam. Nama Tuban yang lahir dari cerita ini menjadi simbol kekayaan tradisi yang terus dilestarikan dan dihargai oleh generasi penerus. Seiring berjalannya waktu, meski banyak perubahan yang terjadi, kisah Watu Tiban tetap menjadi bagian penting dalam identitas kota Tuban, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan sejarah untuk masa depan yang lebih cerah. (Novia Ayu Aprilia/Nisrina Arum Andriyani)
Reporter : Novia Ayu Aprilia