
PONOROGO – Menjelang Hari Raya Idul fitri tahun 2025, masyarakat Ponorogo dihadapkan pada kenaikan harga bahan pokok yang signifikan. Fenomena ini terjadi di berbagai pasar tradisional, termasuk Pasar Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Kenaikan harga yang dimulai sejak Senin, 17 Maret 2025, membuat warga resah karena memengaruhi daya beli mereka yang semakin menurun.
Salah satu komoditas yang mengalami kenaikan tajam adalah telur ayam. Harga telur yang sebelumnya berada di kisaran Rp22.000 hingga Rp23.000 per kilogram, kini melonjak menjadi Rp30.000 per kilogram. Selain itu, bahan pokok lainnya seperti beras dan minyak goreng juga mengalami kenaikan harga sebesar Rp7.000 hingga Rp8.000 per kilogram atau liter. Arista, seorang pedagang sembako di Pasar Jetis, mengungkapkan bahwa kenaikan harga ini berdampak langsung pada penjualan.
“Ya memang setiap tahun menjelang Lebaran harga pasti naik, tapi tahun ini kenaikannya lumayan tinggi. Penjualan jadi menurun. Biasanya saya bisa menjual 4-5 kuintal per hari, sekarang hanya 2-3 kuintal saja,” ujar Arista.
Kondisi ini membuat masyarakat Ponorogo harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjelang Lebaran. Banyak warga yang mengaku terpaksa mengurangi pembelian atau mencari alternatif bahan pokok yang lebih murah untuk menghemat pengeluaran. Kenaikan harga bahan pokok menjelang Lebaran memang menjadi tradisi tahunan di Indonesia, dikarenakan permintaan yang tinggi dari masyarakat. Namun lonjakan harga yang signifikan seperti tahun ini menjadi tantangan berat bagi masyarakat dengan penghasilan terbatas.
Masyarakat berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk menstabilkan harga bahan pokok agar kebutuhan selama Ramadan dan Idulfitri dapat terpenuhi tanpa memberatkan warga. Langkah seperti operasi pasar murah atau subsidi harga, menjadi salah satu solusi yang dinanti oleh masyarakat Ponorogo. Sementara itu, para pedagang juga berharap adanya kebijakan yang dapat membantu menekan biaya distribusi sehingga harga barang tidak melambung terlalu tinggi di tingkat konsumen.
Reporter: Rio Yoga Virnanda / M Sandy Prakoso