
Fira Fitri Fitria atau kerap disapa Fira, seorang perempuan difabel asal Desa Latsari, Tuban, Jawa timur, membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk berkarya dan berkontribusi. Difonis lumpuh sejak usia dua tahun, Fira terus semangat dan tidak putus asa menjalani kehidupan. Sejak tahun 2013, saat masih menempuh pendidikan di semester lima, Fira mulai aktif dalam isu-isu disabilitas. Baginya, menjadi difabel bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal untuk terus bermimpi, berjuang, dan mewarnai dunia.
“Takdir Tuhan tidak pernah salah, dan saya yakin setiap tantangan pasti memiliki hikmah,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Sebagai lulusan Magister Kebijakan Publik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya dengan predikat Cumlaude, Fira memperoleh beasiswa dari Nippon Foundation Jepang. Prestasinya tidak berhenti di situ. Pada tahun 2019, ia menjadi satu-satunya perempuan difabel yang terpilih sebagai delegasi Indonesia untuk program pertukaran kepemimpinan di Amerika Serikat selama satu bulan. Saat ini, Fira menjabat sebagai koordinator di berbagai komunitas penggerak yang terkait dengan isu perempuan dan disabilitas, termasuk melalui organisasi yang ia pimpin, Jatim Inklusi.
Dalam perjalanannya, Fira menghadapi berbagai tantangan, termasuk triple diskriminasi sebagai perempuan difabel, yang meliputi kerentanan terhadap kekerasan, minimnya akses, dan budaya patriarki yang masih kental di Indonesia. Namun, ia tidak menyerah. “Meskipun tantangannya besar, justru itu menjadi semangat saya untuk terus melakukan pergerakan positif bagi lingkungan sekitar dan teman-teman difabel lainnya,” kata Fira.
Kesuksesan Fira tidak lepas dari dukungan keluarga, sahabat, rekan, dan mentor yang selalu setia membimbingnya. Ia juga mendapatkan apresiasi istimewa pada Hari Disabilitas Internasional berupa hadiah kursi roda elektrik dari Istri Menteri Sosial saat ini, Fatma Saifullah Yusuf, yang bernilai puluhan juta rupiah. Fira percaya bahwa setiap usaha, sekecil apa pun, akan selalu mendapatkan jalan dari Allah SWT. “Saya tidak ingin berburuk sangka dengan takdir. Ketika kita berusaha semampu kita, Insya Allah pasti ada jalan,” ungkapnya.
Hingga kini, Fira terus aktif memperjuangkan hak-hak penyandang Disabilitas. Kisahnya menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi dan berkarya. Dengan semangatnya, Fira tidak hanya menginspirasi sesama difabel, tetapi juga masyarakat luas. (Pradina Renika Wijayani/Mei)
Reporter : Pradina Renika Wijayani