SOLUTIF

Perahu Mahasiswa KKN UGM Terbalik di Laut Maluku, 2 Meninggal Dunia: Antara Pengabdian dan Minimnya Keselamatan

Tim Basarnas menyisir perairan Maluku Tenggara menggunakan kapal penyelamat usai insiden perahu terbalik yang menewaskan dua mahasiswa KKN UGM pada, Selasa (01/07/2025). (Sumber: Kompas.com)

04/07/2025 Dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dilaporkan meninggal dunia setelah perahu yang mereka tumpangi terbalik di perairan Debut, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara, pada Selasa, (01/07). Peristiwa ini terjadi saat rombongan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UGM tengah dalam perjalanan menuju lokasi pengabdian masyarakat di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan. Insiden ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan civitas akademika UGM, sekaligus menimbulkan pertanyaan besar mengenai sistem perlindungan keselamatan bagi mahasiswa yang melakukan pengabdian di daerah terpencil.

Menurut laporan warga sekitar yang dikutip dari Detikcom, perahu yang ditumpangi oleh mahasiswa KKN, dosen pembimbing, serta warga lokal terbalik akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi sekitar pukul 13.15 WIT. Semua penumpang tercebur ke laut. Sebanyak 17 orang berhasil diselamatkan oleh nelayan setempat, namun dua mahasiswa, yaitu Septian Eka Rahmadi (21) dan Bagus Adi Prayogo (21), dinyatakan meninggal dunia.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bagian integral dari pendidikan tinggi di Indonesia. Melalui program ini, mahasiswa diharapkan terjun langsung ke masyarakat, bahkan ke pelosok-pelosok negeri yang minim infrastruktur. Namun, tragedi ini menyadarkan kita bahwa semangat pengabdian sering kali tak sebanding dengan kesiapan logistik dan keselamatan yang tersedia. Kecelakaan laut bukanlah hal baru di wilayah timur Indonesia, terutama saat musim angin dan ombak tinggi tiba.

Lebih mengkhawatirkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diketahui telah mengeluarkan peringatan cuaca buruk sejak pagi hari. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian serius semua pihak, terutama pihak pengelola transportasi dan universitas. Tanpa prosedur mitigasi yang jelas, pengiriman mahasiswa ke wilayah rawan menjadi keputusan yang berisiko tinggi. Analisis risiko dan kesiapan tanggap darurat seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari perencanaan program pengabdian masyarakat.

Kedua korban dikenal sebagai mahasiswa aktif, berprestasi, dan memiliki semangat sosial yang tinggi. Ucapan duka datang dari berbagai pihak, termasuk dari Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Rustamadji. “Kami kehilangan sosok muda yang penuh potensi dan semangat. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga diberi ketabahan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Selasa (01/07/2025), dikutip dari Serambinews.com.

Sementara itu, rekan-rekan korban yang masih menjalani KKN di lokasi mengaku trauma dan berharap adanya perlindungan lebih serius terhadap keselamatan mahasiswa. Beberapa menyampaikan kekhawatiran tentang minimnya fasilitas keselamatan dan ketiadaan alat pelampung pada perahu yang mereka tumpangi.

Tragedi ini seharusnya menjadi momentum evaluasi total bagi seluruh pihak terkait: kampus, pemerintah daerah, hingga kementerian pendidikan. Sudah saatnya keselamatan mahasiswa menjadi prioritas utama dalam setiap program pengabdian. Tidak cukup hanya melepas mahasiswa dengan pembekalan materi dan semangat idealisme. Mereka butuh perlindungan menyeluruh, mulai dari asuransi jiwa, standar transportasi yang layak, hingga sistem mitigasi risiko yang teruji.

Pengabdian kepada masyarakat memang mulia, tetapi tidak boleh dibayar dengan nyawa. Jangan sampai idealisme pengabdian menjadi bumerang karena kelalaian institusi dan lemahnya perencanaan. Kita kehilangan dua mahasiswa terbaik bangsa. Semoga ini menjadi pelajaran agar ke depan tidak ada lagi nyawa melayang karena pengabdian yang tidak disiapkan dengan layak.

 

Reporter: Rina Mei Zul Afifah/ Silva Ayu Triani/ Sheilatul Uftavia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top