SOLUTIF

Kecanggihan Digital Bagaikan Pisau Bermata Dua : Kreativitas Terancam AI Gantikan Peran Content Creator Manusia

salah satu hasil AI yang booming di media sosial (pinterest.com)

Tuban (31 Mei 2025) – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI) kian pesat dan mulai merambah dunia industri kreatif. Beberapa tahun terakhir, berbagai platform AI mampu menghasilkan artikel, video, musik, hingga desain visual hanya dalam hitungan detik. Di balik kemudahan itu, muncul kekhawatiran akan hilangnya sentuhan manusia dalam karya-karya digital. Banyak platform digital yang kini mulai banyak konten yang dihasilkan oleh AI seperti Tiktok, karena pekerjaan yang dahulu membutuhkan keahlian dan pengalaman kini bisa digantikan AI dengan cepat dan mudah. Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: apakah masa depan kreativitas manusia terancam oleh algoritma?.

Peran AI dalam dunia kreatif kini tidak lagi sekadar alat bantu. Aplikasi seperti ChatGPT, Midjourney, hingga Sora mampu menghasilkan konten visual, tulisan, dan bahkan video berkualitas tinggi tanpa campur tangan manusia secara langsung. Hal ini memang memberikan keuntungan besar bagi perusahaan dan individu yang mengejar efisiensi. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa AI mulai menggantikan peran kreator asli yang selama ini menggantungkan hidupnya pada keterampilan, pengalaman, dan sudut pandang pribadi. Terlebih dengan trobosan terbaru AI veo 3, yang mampu menciptakan vidio yang real bahkan susah untuk kita membedakan antara AI dan bukan.

Seperti kata Elon Musk “AI lebih berbahaya daripada Nuklir” di kutip dari (wowfact.id).

Ketika semuanya dapat dibuat dengan sekali klik, nilai dari sebuah karya menjadi relatif. Keaslian ide mulai dipertanyakan, dan konten menjadi seragam karena dihasilkan dari algoritma yang sama. Padahal, kekuatan utama dari content creator manusia adalah keberagaman perspektif, latar belakang, dan emosi yang tidak bisa sepenuhnya ditiru oleh mesin. Lebih dari itu, fenomena ini juga mengancam ekosistem kerja di industri kreatif. Banyak penulis lepas, ilustrator, editor video, hingga voice actor yang mengeluhkan hilangnya proyek karena digantikan oleh AI. Ketika perusahaan lebih memilih kecepatan dan efisiensi biaya, dampaknya bisa menjadi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang pelan tapi pasti.

Kecanggihan kecerdasan buatan AI memang mengagumkan, tetapi sudah saatnya kita bertanya, ke arah mana kreativitas manusia akan dibawa. Di era digital ini, AI mampu menciptakan konten dalam hitungan detik dari tulisan blog hingga video TikTok. Namun di balik efisiensi tersebut, kita menghadapi krisis yang lebih dalam, matinya orisinalitas, hilangnya karakter personal dalam karya, dan makin terpinggirkannya peran content creator manusia. Jika semua bisa dihasilkan oleh mesin, lalu apa yang tersisa dari makna menjadi kreatif.

Pertanyaannya kini bukan lagi apakah AI akan menggantikan manusia, tetapi seberapa jauh kita membiarkan hal itu terjadi. Di tengah euforia teknologi, penting untuk menjaga keseimbangan antara efisiensi dan etika. AI seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti. Kita perlu mendukung kebijakan yang melindungi hak kreator, mendorong pendidikan literasi digital, dan menanamkan kembali nilai orisinalitas dalam berkarya. Karena pada akhirnya, manusia menciptakan AI bukan untuk menyingkirkan kreativitas, tetapi untuk memperluas kemungkinan dalam menciptakan sesuatu yang lebih bermakna. Jangan biarkan mesin mengambil alih sesuatu yang paling manusiawi: kemampuan kita untuk bercerita, berekspresi, dan merasa.

Reporter : Muhammad Syahroni/Khoirul Fatimah/M. Sandy Prakoso

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top