
Lamongan, (20/05/2025)- Amienatul Raisyah (21), warga asal Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, berhasil mengembangkan usaha laundry rumahan yang kini telah berjalan selama satu tahun. Usaha tersebut ia dirikan dengan memanfaatkan peluang minimnya layanan laundry di desanya. Bermodal lokasi di rumah sendiri, Raisyah memulai bisnis ini tanpa menyewa tempat, demi menekan biaya operasional awal.
“Karena minimnya laundry di Desa saya, maka saya merasa ini peluang bagus untuk membuka usaha sendiri,” ujar Raisyah.
Usaha laundry yang diberi nama “BUNUL Laundry Labuhan” ini dijalankan sepenuhnya secara mandiri oleh Raisyah tanpa bantuan karyawan. Dia menangani seluruh proses operasional mulai dari penjemputan pakaian, pencucian, penyetrikaan, hingga pengantaran kembali kepada pelanggan.
“Saya belum punya karyawan, jadi semua masih saya kerjakan sendiri dari jemput sampai antar,” jelasnya.
Target utama dari layanan laundry ini adalah masyarakat sekitar yang memiliki rutinitas padat dari pagi hingga sore hari. Dalam menetapkan harga, Raisyah menyesuaikannya dengan harga pasar yang berlaku di Desanya, namun menambahkan nilai lebih dengan menyediakan jasa penyetrikaan, sesuatu yang belum ditawarkan oleh pesaing di daerah tersebut.
“Saya tambahkan jasa setrika, karena di daerah saya belum ada yang menyediakan layanan itu,” tambahnya.
Dalam hal kualitas layanan, Raisyah menerapkan sistem pengerjaan express satu hari jadi, atau maksimal dua hingga tiga hari. Ia juga menerapkan standar khusus seperti pemisahan pakaian berdasarkan jenis kain serta pemakaian parfum beraroma khas yang disukai pelanggan, sehingga menjadi ciri usaha laundry-nya. Strategi lain yang diterapkan untuk mempertahankan pelanggan adalah memberikan promo diskon, memastikan ketepatan waktu pengerjaan, serta menjaga ketelitian dalam menghitung jumlah pakaian pelanggan. Raisyah tidak menampik adanya tantangan di awal usaha, terutama dari keluhan pelanggan. Keluhan dari pelanggan di awal usaha tersebut dijadikannya motivasi untuk terus memperbaiki kualitas layanan.
“Dulu banyak komplen, ada yang bilang kurang rapi, kurang wangi atau enak wangi ini itu, tapi itu saya jadikan semangat lebih untuk memperbaiki diri dan kualitas,” ujarnya.
Strategi pemasaran dilakukan secara aktif oleh Raisyah, mulai dari promosi di media sosial seperti WhatsApp dan Facebook, hingga penyebaran pamflet ke rumah-rumah warga. Sistem layanan antar-jemput yang fleksibel juga menjadi daya tarik tersendiri.
Dampak ekonomi dari usaha ini sangat terasa. Dengan mencatat setiap transaksi dan menerapkan sistem pembukuan sederhana, Raisyah dapat memantau arus pemasukan dan pengeluaran secara teratur. Meskipun saat ini belum merekrut karyawan, ia berharap dapat memiliki tempat usaha yang lebih representatif. Kedepan, Dia berharap dapat membuka ruko khusus untuk usahanya dan merekrut karyawan agar proses kerja lebih optimal.
“Semoga bisa punya ruko sendiri, sehingga tidak lagi menjalankan usaha di rumah dan semoga makin banyak pelanggan yang tertarik dengan layanan saya,” harapnya penuh semangat.
Reporter: Silva Ayu Triani/Z Muayyadah Zesika/M. Sandy Prakoso