SOLUTIF

Rumah Merah, Bangunan Berarsitektur Cina di Lasem

Gerbang merah bergaya Tionghoa di kawasan heritage Lasem, Rembang, menjadi ikon wisata budaya yang mencolok.
Sumber: IG Merrygingerrr

Rembang, 9 Mei 2025 — Rumah Merah Lasem merupakan sebuah bangunan berarsitektur Cina yang dibangun sekitar tahun 1860. Bangunan ini berada di Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, tepatnya di salah satu kompleks Pecinan Lasem. Rumah ini dulunya dimiliki oleh seorang Tionghoa Semarang yang meninggalkan Lasem untuk merantau. Kini, Rumah Merah menjadi objek wisata heritage yang menarik perhatian banyak pengunjung, seperti Wulan, yang mengaku tertarik dengan keunikan arsitektur dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Rumah Merah menyimpan sejumlah peninggalan yang mencerminkan budaya Tionghoa di Lasem, menjadikannya salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi.

“Saya tertarik datang ke sini karena arsitekturnya unik dan penuh nilai sejarah. Rasanya seperti kembali ke masa lalu,” ujar Wulan, salah satu pengunjung yang datang bersama keluarganya.

Rumah Merah berdiri di atas lahan seluas setengah hektare lebih. Halamannya tampak luas dengan bangunan rumah yang terlihat kokoh dan mewah. Beberapa ornamen khas Tionghoa, seperti lampion dan tulisan beraksara Han, menghiasi sejumlah tembok rumah. Bergeser ke area teras, tampak dua pilar besar berwarna putih berdiri di tengah-tengahnya. Di sisi kanan dan kiri bagian depan terdapat masing-masing satu kamar, menambah kesan simetris pada fasad rumah.

Memasuki ruang tengah, terdapat sebuah patung menyerupai manusia yang berdiri sambil memegang tombak. Patung tersebut dikenal dengan nama Kongco Kwan Sing Tee Kun atau Dewa Perang, sosok yang dihormati dalam budaya Tionghoa.

Dikutip dari detikjateng, Pramuwisata di Rumah Merah Heritage Lasem, Ahmad Niam mengatakan tidak ada yang tahu siapa pemilik awal rumah ini. Dia menerangkan, rumah ini didapat dari seorang Tionghoa Semarang yang meninggalkan Lasem.

“Dibangun sekitar 1860. Pemilik awalnya tidak diketahui, tapi rumah ini didapat dari orang Tionghoa Semarang yang meninggalkan Lasem untuk merantau, karena saat itu dirasa sudah tidak menghasilkan,” ujar Niam.

“Sebelumnya rumah ini terbengkalai dan dijadikan untuk sarang burung walet. Full, rumah utamanya juga sama dijadikan sarang burung walet,” sambungnya.

Niam mengungkapkan, pemilik awal rumah kuno ini diperkirakan warga Tionghoa, saudagar rokok dan batik. Hal ini terlihat dari beberapa peninggalannya.

“Lokasi sini itu dulunya kompleks warga Tionghoa. Kemungkinan dahulunya pemilik awal itu saudagar rokok sama batik, karena ditemukan di rumah ini ada alat penggiling rokok yang cukup banyak. Peralatan membatik juga. Alat-alat dapur masih ada lumayan lengkap,” ungkap Niam.

Rumah ini juga memiliki halaman belakang, di mana terdapat sumur tua yang dipercaya memiliki tuah atau keramat. Sumur itu disebut dengan nama Sumur Naga.

“Airnya tidak pernah habis. Percaya atau tidak, cerita dulunya itu orang yang cuci muka atau mandi di sini akan awet muda dan rezekinya banyak,” tutur Niam.

Dengan segala keunikan arsitektur dan sejarah yang terkandung di dalamnya, Rumah Merah Lasem bukan hanya sekadar objek wisata, tetapi juga merupakan saksi bisu perjalanan panjang budaya Tionghoa di Lasem. Bagi para pengunjung, tempat ini menawarkan pengalaman yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menggugah rasa ingin tahu akan warisan budaya yang kaya. Rumah Merah terus menjadi destinasi yang layak untuk dikunjungi, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, yang ingin merasakan atmosfer sejarah dan budaya yang tak lekang oleh waktu.

 

Reporter: Ilham Arifin Koeswoyo / Silva Ayu Triani / S. Fadhilah N. I.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top