
Tuban, (Selasa, 29/02/2025) – Hujan deras yang tak terduga di penghujung musim kemarau kini menimbulkan kekhawatiran bagi para petani di Desa Sumurgung, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Alih-alih menjadi berkah, curah hujan ini justru menghadirkan ancaman gagal panen. Para petani khawatir untuk segera memulai siklus tanam berikutnya, mengingat ketidakpastian cuaca dan potensi ketiadaan hujan saat masa pertumbuhan jagung. Kondisi ini tentu saja meresahkan masyarakat Sumurgung yang tengah bersiap untuk kembali bercocok tanam.
Para petani Sumurgung kini dihadapkan pada dua permasalahan utama. Pertama, hujan deras yang terjadi saat ini berpotensi merusak lahan yang sudah disiapkan untuk penanaman. Genangan air dapat menghambat pengolahan tanah dan bahkan merusak bibit yang mungkin sudah mulai disemai. Kedua, ketidakpastian cuaca menjadi ancaman yang menakutkan. Mereka khawatir, setelah hujan deras ini, musim kemarau akan kembali datang dan justru menyebabkan kekeringan saat tanaman jagung memasuki masa pertumbuhan yang krusial.
“Biasanya kalau sudah mau masuk musim hujan, hujannya tidak sederas ini dan tidak setiap hari. Ini malah seperti pertengahan musim hujan, jadi kami bingung,” ujar salah seorang petani Sumurgung, Bapak Karso, saat ditemui di ladangnya. “Kami jadi ragu mau mulai tanam, takutnya nanti malah tidak ada hujan lagi pas jagung butuh air,” imbuhnya.
Kondisi ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran akan dampak ekonomi bagi masyarakat Sumurgung yang mayoritas bergantung pada sektor pertanian. Potensi gagal panen tidak hanya mengancam pendapatan petani, tetapi juga ketersediaan bahan pangan di Desa Sumurgung, Montong. Masyarakat Sumurgung berharap agar siklus cuaca ini tidak berlangsung lama dan siklus pertanian dapat kembali berjalan normal. Ketahanan pangan dan kesejahteraan petani menjadi taruhan di tengah tantangan cuaca yang semakin sulit diprediksi.
Para petani kini harap-harap cemas menanti kepastian cuaca ke depan. Mereka berharap siklus cuaca ini tidak berkepanjangan dan siklus musim kembali normal, sehingga mereka dapat kembali merencanakan masa tanam dengan tenang dan terhindar dari ancaman kerugian yang lebih besar.
Harapan dan Upaya Petani:
Meskipun diliputi kekhawatiran, para petani Sumurgung tetap berusaha untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Beberapa petani terlihat membuat saluran drainase di lahan mereka untuk mengurangi genangan air. Sebagian lainnya memilih untuk menunda pengolahan lahan lebih lanjut sambil menunggu kepastian kondisi cuaca.
Di tengah tantangan ini, semangat kebersamaan dan harapan tetap membara di hati masyarakat Sumurgung, Montong. Tradisi gotong royong yang kuat menjadi modal sosial berharga untuk menghadapi masa sulit ini. Masyarakat berharap pemerintah daerah dan dinas terkait dapat memberikan pendampingan dan solusi, seperti informasi cuaca yang lebih akurat atau bantuan bibit yang lebih adaptif, agar petani dapat segera bangkit dan melanjutkan kehidupan bertani mereka.
Semangat gotong royong dan kearifan lokal di Sumurgung kembali terlihat. Para petani saling bertukar informasi mengenai kondisi lahan dan perkiraan cuaca dari berbagai sumber. Beberapa kelompok tani mulai berdiskusi mengenai kemungkinan penyesuaian pola tanam atau pemilihan bibit jagung yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.
Reporter: Moh. Nur Afan Zaini / Elisa Dwi Rahmawati / S. Fadhilah N. I.